Hampir
tiga abad orangorang Patani berada di bawah kolonia Thai/Siam, mereka cukup
mengerti dan mengenali lebih jauh bagaimana sikap dan watak penjajah Siam, dari
generasi ke generasi berikutnya selalu menganalisis tetang kejahatan bangsa
Siam terhadap orang-orang Patani.
Namun mereka lebih kuat dan lebih besar dari
segi jumlahnya. Orang-rorng Patani hanya mampu mempertahan dengan sedaya-upaya
yang ada selama ini demi mempertahankan jati diri, marwah Agama dan bangsa.
Secara hakekatnya orang-orang Patani pada keseluruhan mereka tak dapat meneriama segala perbuatan Thai/Siam terhadap orang-orang Patani, tapi masih ada segrlitir orang dikalangan orang-orang Patani itu sendiri yang sanggup bekerja sama dan berpihak kepada Thai/Siam dengan secara terpaksa demi segala kemudahan dan ketakutan.
Wajar saja dalam sebuah bangsa yang terjajah tentu ada
segelintir orang yang berkepentingan peribadi dimana-manapun.
Orang-orang
Patani mengenali Thai/Siam bahwa Siam itu adalah penjajah dan perampas hak
bangsa Melayu Patani, juga mereka cukup sedar dan insaf apa saja yang dilakukan
atau yang dijanjikan oleh Thai tetang kebaikan dan bermanfaat baigi orang
Patani itu semua pasti ada maksud tertentu “kata pepatah ada udang disebalik
batu”, itu semua tak lain tak bukan untuk membujuk orang-orang Patani agar
lebih rapat dan akrab dengannya, namun di satu pihak yang lain mereka
menganyayai oang-orang Melayu dengan secara sadis.
Mereka berpura-pura berbuat baik terhadap orang-orang Patani, tapi pada hakikatnya penjajah Thai/ Siam menghina dan benci terhadap Bangsa Melayu yang beragama Islam, sehingga mereka sanggup menguna nama panggilan bagi umat Islam dengan loqak Siam yaitu “khek” makna dari perkataan “khek” adalah pendatang, bukan anak peribumi kelahiran di bumi Patani.
Mereka berpura-pura berbuat baik terhadap orang-orang Patani, tapi pada hakikatnya penjajah Thai/ Siam menghina dan benci terhadap Bangsa Melayu yang beragama Islam, sehingga mereka sanggup menguna nama panggilan bagi umat Islam dengan loqak Siam yaitu “khek” makna dari perkataan “khek” adalah pendatang, bukan anak peribumi kelahiran di bumi Patani.
Berkaitan dengan dunia Internasional, Thai mampu melobi
negara-negara di dunia, malah negara-negara Islam sekalipun ia mampu menutup
mata telinga seolah-olah di Patani pada asalnya tidak pernah ada negara yang pernah
berdaulat, Umat Melayu Muslim yang mendiami di negara tersebut, terlatak di
paling ujung Utara Nusantara itu adalah pendatang asing, padahal di Patani
terdapat para ulama yang berkaliber dumia, yang pernah berkecipung dalam urusan
ulama-ulama di timur tengah dan di Nusantara, juga terdapat berapa banyak
orang-orang patani berhijrah ke timur tengah terutama sekali di negara Saudi
Arabia, di Mesir dan sebagainya, malahan bukan sekadar mengunjungi hingga sapai
mereka menetap di sana sapai sekarang pun masih banyak orang-orang Patani di
perantauan.
Lebih malang lagi bukan negara-negara yang seagama, negara-negara
serumpun pun masih bersedia berpihak dengan penjajah Siam/Thailand.
Demikian
dalam negara Thai sebdiri, sedikit demi sedikrit Thai/Siam cuba nemutar
belitkan fakta sejarah sebagai kemasukan dalam kelas pendidikan anak-anak yang
masih belum lagi mengenal diri dan jati diri, sehingga anak-anak terbawa-bawa
dengan apa yang diajarinya, walaupun ia bertentangan dengan fakta dan simbul
yang masih utuh di Patani.
Orang-orang Patani sendiri untuk mempertahankan
supaya minda kanak-kanak dapat dikendalikan, pada tahun 60-an cuba menubuhkan
sekolah Melayu atau lebih dikenal dengan sekolah Agama dan TADIKA (Taman
Didikan Kanakkanak) dalam rangka menjaga dan merawat agar anak-anak bangsa
Patani tidak mudah di ninabobo oleh penjajah Thai/Siam, itupun bukan
keseluruhan dapat dikendalikan bergantunglah kepada keluarga yang mengambil
perhatian tentang soal itu.
Dalam menjalani kehidupan bagi sebuah bangsa yang
terjajah, makin hari makin sepit ruang gerak dan terpepet, juga makin terasa
dengan kepenatan kelelahan, ketakutan, kecurigaan, hidup tidak selalu tenang,
selalu dibayangi dan dihantui oleh tragedi menakutkan dan menyayat hati yang
pernah terjadi baik terhadap peribadi indibidu itu sendiri atau terhadap
orang-orang di sekelilingnya, yaitu berlaku pembunuhan, penculikan, hilang
tanpa khabar berita entah mati atau hidup, memberi suntikan racun kepada yang
terdakwa semasa dalam tahanan.
Perkara demikian berlaku Semenjak kejatuhan
Patani ke tangan Siam pada 1785 dan terus berlaku samapai sekarang, setiap
generasi boleh dikatakan selalu ada permasalaha bnegini, kerana untuk melalui
langkah-langkah perangkap politik Siam terhadap orang-orang Patani terlalu
banyak masalah dan selalu kontrolversi dengan apa yang di anuti dan keinginan
bangsa Patani, maka tidak heranlah bagi setiap generasi pasti ada kebangkitan
hanya besar atau kecil dan sifat kebangkitan saja berbeda-beda.
Seandanya hal
ini dibiarkan tentu sekali keamanan dan kedamaian tak akan wujud, kerana antara
Siam dengan Melayu dan lebih-lebih lagi antara Budha dengan Islam itu sangat
berbeza cara hidup dan system kemasyarakatannya.
No comments:
Post a Comment