Tuesday 17 April 2018

Pemerintahan Thailand Dalam Kacamata Orang Patani


Hampir tiga abad orangorang Patani berada di bawah kolonia Thai/Siam, mereka cukup mengerti dan mengenali lebih jauh bagaimana sikap dan watak penjajah Siam, dari generasi ke generasi berikutnya selalu menganalisis tetang kejahatan bangsa Siam terhadap orang-orang Patani. 

Namun mereka lebih kuat dan lebih besar dari segi jumlahnya. Orang-rorng Patani hanya mampu mempertahan dengan sedaya-upaya yang ada selama ini demi mempertahankan jati diri, marwah Agama dan bangsa. 

Secara hakekatnya orang-orang Patani pada keseluruhan mereka tak dapat meneriama segala perbuatan Thai/Siam terhadap orang-orang Patani, tapi masih ada segrlitir orang dikalangan orang-orang Patani itu sendiri yang sanggup bekerja sama dan berpihak kepada Thai/Siam dengan secara terpaksa demi segala kemudahan dan ketakutan. 

Wajar saja dalam sebuah bangsa yang terjajah tentu ada segelintir orang yang berkepentingan peribadi dimana-manapun. 

Orang-orang Patani mengenali Thai/Siam bahwa Siam itu adalah penjajah dan perampas hak bangsa Melayu Patani, juga mereka cukup sedar dan insaf apa saja yang dilakukan atau yang dijanjikan oleh Thai tetang kebaikan dan bermanfaat baigi orang Patani itu semua pasti ada maksud tertentu “kata pepatah ada udang disebalik batu”, itu semua tak lain tak bukan untuk membujuk orang-orang Patani agar lebih rapat dan akrab dengannya, namun di satu pihak yang lain mereka menganyayai oang-orang Melayu dengan secara sadis. 

Mereka berpura-pura berbuat baik terhadap orang-orang Patani, tapi pada hakikatnya penjajah Thai/ Siam menghina dan benci terhadap Bangsa Melayu yang beragama Islam, sehingga mereka sanggup menguna nama panggilan bagi umat Islam dengan loqak Siam yaitu “khek” makna dari perkataan “khek” adalah pendatang, bukan anak peribumi kelahiran di bumi Patani. 

Berkaitan dengan dunia Internasional, Thai mampu melobi negara-negara di dunia, malah negara-negara Islam sekalipun ia mampu menutup mata telinga seolah-olah di Patani pada asalnya tidak pernah ada negara yang pernah berdaulat, Umat Melayu Muslim yang mendiami di negara tersebut, terlatak di paling ujung Utara Nusantara itu adalah pendatang asing, padahal di Patani terdapat para ulama yang berkaliber dumia, yang pernah berkecipung dalam urusan ulama-ulama di timur tengah dan di Nusantara, juga terdapat berapa banyak orang-orang patani berhijrah ke timur tengah terutama sekali di negara Saudi Arabia, di Mesir dan sebagainya, malahan bukan sekadar mengunjungi hingga sapai mereka menetap di sana sapai sekarang pun masih banyak orang-orang Patani di perantauan. 

Lebih malang lagi bukan negara-negara yang seagama, negara-negara serumpun pun masih bersedia berpihak dengan penjajah Siam/Thailand. 

Demikian dalam negara Thai sebdiri, sedikit demi sedikrit Thai/Siam cuba nemutar belitkan fakta sejarah sebagai kemasukan dalam kelas pendidikan anak-anak yang masih belum lagi mengenal diri dan jati diri, sehingga anak-anak terbawa-bawa dengan apa yang diajarinya, walaupun ia bertentangan dengan fakta dan simbul yang masih utuh di Patani. 

Orang-orang Patani sendiri untuk mempertahankan supaya minda kanak-kanak dapat dikendalikan, pada tahun 60-an cuba menubuhkan sekolah Melayu atau lebih dikenal dengan sekolah Agama dan TADIKA (Taman Didikan Kanakkanak) dalam rangka menjaga dan merawat agar anak-anak bangsa Patani tidak mudah di ninabobo oleh penjajah Thai/Siam, itupun bukan keseluruhan dapat dikendalikan bergantunglah kepada keluarga yang mengambil perhatian tentang soal itu. 

Dalam menjalani kehidupan bagi sebuah bangsa yang terjajah, makin hari makin sepit ruang gerak dan terpepet, juga makin terasa dengan kepenatan kelelahan, ketakutan, kecurigaan, hidup tidak selalu tenang, selalu dibayangi dan dihantui oleh tragedi menakutkan dan menyayat hati yang pernah terjadi baik terhadap peribadi indibidu itu sendiri atau terhadap orang-orang di sekelilingnya, yaitu berlaku pembunuhan, penculikan, hilang tanpa khabar berita entah mati atau hidup, memberi suntikan racun kepada yang terdakwa semasa dalam tahanan. 

Perkara demikian berlaku Semenjak kejatuhan Patani ke tangan Siam pada 1785 dan terus berlaku samapai sekarang, setiap generasi boleh dikatakan selalu ada permasalaha bnegini, kerana untuk melalui langkah-langkah perangkap politik Siam terhadap orang-orang Patani terlalu banyak masalah dan selalu kontrolversi dengan apa yang di anuti dan keinginan bangsa Patani, maka tidak heranlah bagi setiap generasi pasti ada kebangkitan hanya besar atau kecil dan sifat kebangkitan saja berbeda-beda. 

Seandanya hal ini dibiarkan tentu sekali keamanan dan kedamaian tak akan wujud, kerana antara Siam dengan Melayu dan lebih-lebih lagi antara Budha dengan Islam itu sangat berbeza cara hidup dan system kemasyarakatannya.

No comments:

Post a Comment