Friday, 9 November 2018

Dampak Regional ASEAN Atas Negara Terjajah


Organisasi ASEAN merupakan wadah kedamaian negara-negara ASEAN yang bergelutan, sebagai wujud peperangan dua ideology, komunisma dan kapitalisma barat. 

Semenjak ASEAN dianggotai oleh lima negara Asia Tenggara; Thailand, Philipina, Malaysia, Singpura dan Indonesia, ASEAN berhasil mengurangi ketegangan antara mereka dengan adanya Deklarasi Kuala lumpur pada tanggal 27 November 1971 (ZOPFAN/ Zona Pardamaian,

Kebebasan dan Netralitas) Selain sebuah pernyataan tentang tidak mempergunakan kekerasan dan akan menempuh jalan damai dalam menyelesaikan konflik antara mereka, 

ASEAN juga telah berhasil membentuk norma-norma lain setelah organisasi ASEAN dianggotai oleh semua negara Asia Tenggra. Norma-norma dalam regionalnya antara lain “tidak mencampuri politik dalaman sesebuah negara anggota”.

Oleh karena ada diantara negera anggota ASEAN yang merupakan negara imperialisma dan kolonialisma, seperti negara Thailand sebagai penjajah wilayah negara Patani di selatan, maka dampak keburukan norma ASEAN tentang tidak mencampuri dalaman politik negara anggota, sangat ketara.

Contoh konkrit adalah tindakan-tindakan Thailand atas bangsa Melayu dan wilayah mereka (Patani Darussalam). 

Dengan alat norma politik ASEAN - Thaialand berkesempatan menggunakan tindakan sistem dan dasar penjajahannya dan penduduk pribumi Patani telah hancur musnah norma-norma kemurnian Islam, kebudayaan, social ekonomi, politik dan sebagainya.

• Chularajmonteri, bandan sistem control kegiatan agama Islam hingga ke masjid agar membatasi amalan sekedar rukun Islam yang lima dan serta menjaga keamanan penjajah Thai di Patani dengan metode nasihat agama kepada rakyat bangsa Muslim Melayu.

• Undang-undang budaya Budha dan pendidikan Siam, merupakan perlembagaan pengajaran dan pembelajaran agar falsafah “tuhan raja (kha warat Bhudha cau), agama Budha, dan bangsa Siam” menjadi daya serap, daya control dan daya pengajaran dalam segala bidang kehidupan negara Thai,

• Oleh karena wilayahwilayah Patani Darussalam telah dicampluk kedalam konstitusi undang-undang Thailand, maka penjajah Thailand secara sungguh-sungguh menerapkan falsafah tersebut agar negara Patani menajdi selatan milik Thailand, bangsa Melayu menjadi bangsa Thai (San Chat Thai), dan umat Islam Melayu Patani menjadi Thai Muslim (prakchachum Thai Muslim).

• Agar bangsa Melayu Patani lebih tunduk dan patuh, maka sekarang penjajah Thailand menggunakan dasar penjajahan “devide in rule” yang sangat berkesan disemua segi kehidupan bangsa Melayu di Patani. antara lain adalah:
a) Pusat Pentadbiran empat wilayah Selatan (So.Oor. Bor.Tor./SBPAC) di wilayah Jala, sebagai lembaga yang berkedukan di bawah 16 unit kerajaan dan menteri sebagai badan khas untuk ketahanan jajahan wilayah-wilayah Patani.
b) Dari pusat pentadbiran tersebut, secara oprasional menjalankan sistem-sistem pecah dan kawal muslim Melayu Patani. seperti pecah fahaman-fahaman agama, yang pada awalnya fahaman Ahlussunah Waljama’ah sebagai anutan satu-satunya oleh masyarakat Patani.
c )Namun, oleh sebab ulama tua tidak berdaya, yang baharu-baharu dan intelektual Muslim Melayu telah terpedaya dengan sistem umpan dari pihak Thailand, maka keseluruhan nilai murni kehidupan di Patani musnah dan binasa.

Kesimpulannya, dampak keburukan norma politik ASEAN tentang “tidak mencampuri politik dalaman negara anggoa ASEAN” penjajah Thailand berhasil mempurakpurandakan bangsa Melayu dan wilayah Patani Darussalam secara leluasa dan bebas tanpa terganggu dengan kehebatan mana-mana negara, sekalipun negara Melayu yang disebut-sebut oleh rumpun nusantara dan tanah Melayu.

Akibat kesempatan dalam mencelahi norma ASEAN itu, maka dengan habis-habisan Thailand melakukan penekanan kebebasan syari’at Islam di Patani, menekan kebebasan berbangsa Melayu Patani, menekan kebebasan autonumi hak pertuanan wilayah Melayu Patani, mengeksploitirkan mas, pitrol, gas, tembaga, bijih besi dan lain-lainnya.

Lebih dari itu, penjajah Thailand mengkhianati tanah lahan persawahan dengan cara penggalian tali air/Chol Pratan (bukan memproses irigasi air untuk bercocok tanam).

Akhirnya, bangsa Patani menjadi golongan melarat, peminta sadekah di negeri sendiri, tidak berpendidikan tinggi dan merana di Malaysia, menjadi koli/hamba jajahan Thailand di Patani dan mabuk, membunuh, mangsa terbunuh harian, serta ada yang menderita di perantauan Malaysia.

Semoga dengan norma-norma politik ASEAN pula akan menemu suatu alternative baru bagi menyelesaikan masalah bangsa Melayu Patani, bebas mandiri dan menentukan nasibnya sendiri di wilayah Patani Darussalam.

No comments:

Post a Comment