Ulama hilang moral, intelek buta agama dan masyarakat
terkokong kejahatan “siapakah yang ketawa dan siapkah yang menangis?”
Suatu masyarakat adalah sekumpulan
orang-orang, yang saling interaksi satu sama lain, berupa keluarga dan jiran
tetangga. Sedangkan masyarakat adalah merupakan suatu kelompok suku, bangsa,
agama dan atau negara.
“Telah sedia maklum, bahwa beberapa
jalan ukar secara parlementer bagi menyelesaikan kebangkitan kemerdekaan hak
pertuanan Melayu di Patani, upaya tersebut gagal, karena hak bangsa Melayu Patani tidak pernah termaterai secara
ligal. Malah, sengaja dirusakan suara Melayu di parlemen Thailand dengan
bermacam kekecuhan politik dalaman parlemen, sehingga membawa kepada rampasan
kuasa tentara.
Pemerintah junta
Thailand juga adalah salah satu dasar umum Thailand untuk mengkekangan
kebijakan yang mendemoktisasi rakyat dalam menuntut hak autonomi wilayah suatu
etnik, seperti, Siam Tai (Siam Selatan), Isan Kiau (Lanna) dan Melayu Patani.
jadi, terjadinya kerajaan junta Thailand adalah kebijakan bermotifkan
mengengkang tuntutan agar jangan sampai falsafah negara Thai (agama Budha,
bangsa/bahasa Thai dan Raja Thai) tidak
berbelah bagi dalam pikiran dasar negara dan rakyat thai.
Salah satu contoh nyata sekarang adalah
undang-undang 44 yang kerajaan junta
Thailand laksanakan sekarang (2015-2018).
Dengan uu 44,
junta, sebagai kerajaan Thailand membuat mengengkang Isan Kiau (kelompok merah)
sehingga tidak mampu bersuara lantang dalam taktik politik autonomi (lewat
lembaga parlemen)
Demikian juga,
solusi penyelesaian tuntutan hak pertuanan Melayu Patani, dengan uu 44, tentara
Thailand bebas mengganjang nilai-nilai hidup masyarakat Islam Melayu Patani,
geratis jatuh hina, tidak bermaruah dan penuh ketakutan.
“Lantaran uu 44 Thailand memberi hak
tentara menangkap dan membunuh para tokoh Islam Melayu Patani, seperti;
tokguru/ kyai, ustaz/ustazah, Chikgu/ guru, dan Imam masjid, juga penembak
rambang atas massal rakyat Islam Melayu Patani, maka yang tinggal adalah:
1.Kebanyakan ulama hilang moral. Yakni, yang
realitas (kenyataan) di dalam lingkungan mereka banyak orang awam (cetek ajaran
agama) menjadi semakin tidak kemas aqidah agama dan banyak meninggalkan akhlak
Islam, fahaman sekularistik, syirik dan menyayangi pimpinan thaghut (kaum kafir
harbi)
2.Kebanyakan intelektual buta
agama Islam, yang mana fardhu ain, kifayah, sunat, sunnah, wajib, haram dan
sebagainya, difaham dengan tidak jelas dan raguragu.
3.Seluruh masyarakat Islam Melayu Patani
terkokong dengan kejahatan, kebengisan, kekejaman diluar batas kemanusian dan ketakutan (trauma). Mereka dihantui oleh
kejahatan tentara dan penembak upahan Thailand bedah rumah/perampokan liar,
pencuri harta benda dan buah-buahan.
Hakikat kehidupan masyarakat Islam Melayu Patani tersebut, siapakah yang
ketawa dan siapakah yang menangis? “Yang
ketawa sudah jelas, itu pencabul, penjajah bangsa Siam Thailand dan yang
menangis tentu saja masyarakat Islam Melayu Patani yang insaf dan berjiwa hidup
menyelami hakikat nilai moral dan psikologis lingkungan yang dahsyat.
Yaitu,
tentara jahat Thailand berada dimerata tempat, naik rumah dan samun harta
setiap malam, buah-buahan menjadi milik para pencuri dan tentara hitam
Thailand.
Akhirnya penderitaan
masyarakat terpaksa membuat pertukaran harga nilai moral (akhlakulkarimah)
dengan harga akhlak buruk kafir harbi Siam Thailand demi duit pitis untuk
sesuap nasi.
Kemudian, ulama dan intelek tidak lagi mementingkan perintah agama
dan anak cucu akan menangis penyesalan dilahirkan oleh bapak ibu yang tidak
bermoral.
No comments:
Post a Comment