Monday 7 May 2018

Ulama Pasif Kehatan Merajalela


Ulama hilang moral, intelek buta agama dan masyarakat terkokong kejahatan “siapakah yang ketawa dan siapkah yang menangis?”       

Suatu masyarakat adalah sekumpulan orang-orang, yang saling interaksi satu sama lain, berupa keluarga dan jiran tetangga. Sedangkan masyarakat adalah merupakan suatu kelompok suku, bangsa, agama dan atau negara.     

   
“Namun, gambaran khusus dalam tulisan ini adalah Masyarakat Islam Melayu Patani Darussalam, sebagai suatu gambaran suasana keadaan kedudukan mereka setelah Thailand membuat peraturan dengan berbagai sistem kekangan sekarang.       

“Telah sedia maklum, bahwa beberapa jalan ukar secara parlementer bagi menyelesaikan kebangkitan kemerdekaan hak pertuanan Melayu di Patani, upaya tersebut gagal, karena hak bangsa Melayu Patani tidak pernah termaterai secara ligal. Malah, sengaja dirusakan suara Melayu di parlemen Thailand dengan bermacam kekecuhan politik dalaman parlemen, sehingga membawa kepada rampasan kuasa tentara.       

Pemerintah junta Thailand juga adalah salah satu dasar umum Thailand untuk mengkekangan kebijakan yang mendemoktisasi rakyat dalam menuntut hak autonomi wilayah suatu etnik, seperti, Siam Tai (Siam Selatan), Isan Kiau (Lanna) dan Melayu Patani. jadi, terjadinya kerajaan junta Thailand adalah kebijakan bermotifkan mengengkang tuntutan agar jangan sampai falsafah negara Thai (agama Budha, bangsa/bahasa Thai dan Raja  Thai) tidak berbelah bagi dalam pikiran dasar negara dan rakyat thai.       

Salah satu contoh nyata sekarang adalah undang-undang 44 yang kerajaan junta
Thailand laksanakan sekarang (2015-2018). 

Dengan uu 44, junta, sebagai kerajaan Thailand membuat mengengkang Isan Kiau (kelompok merah) sehingga tidak mampu bersuara lantang dalam taktik politik autonomi (lewat lembaga parlemen)       

Demikian juga, solusi penyelesaian tuntutan hak pertuanan Melayu Patani, dengan uu 44, tentara Thailand bebas mengganjang nilai-nilai hidup masyarakat Islam Melayu Patani, geratis jatuh hina, tidak bermaruah dan penuh ketakutan.       

“Lantaran uu 44 Thailand memberi hak tentara menangkap dan membunuh para tokoh Islam Melayu Patani, seperti; tokguru/ kyai, ustaz/ustazah, Chikgu/ guru, dan Imam masjid, juga penembak rambang atas massal rakyat Islam Melayu Patani, maka yang tinggal adalah:  
1.Kebanyakan ulama hilang moral. Yakni, yang realitas (kenyataan) di dalam lingkungan mereka banyak orang awam (cetek ajaran agama) menjadi semakin tidak kemas aqidah agama dan banyak meninggalkan akhlak Islam, fahaman sekularistik, syirik dan menyayangi pimpinan thaghut (kaum kafir harbi)  
2.Kebanyakan intelektual buta agama Islam, yang mana fardhu ain, kifayah, sunat, sunnah, wajib, haram dan sebagainya, difaham dengan tidak jelas dan raguragu.  
3.Seluruh masyarakat Islam Melayu Patani terkokong dengan kejahatan, kebengisan, kekejaman diluar batas kemanusian  dan ketakutan (trauma). Mereka dihantui oleh kejahatan tentara dan penembak upahan Thailand bedah rumah/perampokan liar, pencuri harta benda dan buah-buahan.  

Hakikat kehidupan masyarakat Islam Melayu Patani tersebut, siapakah yang ketawa dan siapakah yang menangis?  “Yang ketawa sudah jelas, itu pencabul, penjajah bangsa Siam Thailand dan yang menangis tentu saja masyarakat Islam Melayu Patani yang insaf dan berjiwa hidup menyelami hakikat nilai moral dan psikologis lingkungan yang dahsyat. 

Yaitu, tentara jahat Thailand berada dimerata tempat, naik rumah dan samun harta setiap malam, buah-buahan menjadi milik para pencuri dan tentara hitam Thailand.   

Akhirnya penderitaan masyarakat terpaksa membuat pertukaran harga nilai moral (akhlakulkarimah) dengan harga akhlak buruk kafir harbi Siam Thailand demi duit pitis untuk sesuap nasi. 

Kemudian, ulama dan intelek tidak lagi mementingkan perintah agama dan anak cucu akan menangis penyesalan dilahirkan oleh bapak ibu yang tidak bermoral.

No comments:

Post a Comment