Monday 7 May 2018

Bangsa Patani Memperjuangkan Hak-hak Pertuanannya


Empat wilayah Patani Darussalam (Narathiwat, Jala, Patani, dan sebahagian Senggora) adalah sebuah Negara Melayu (Patani Daruissalam) yang terletak di antara utara negara Malaysia dan selatan negara Thailand. Penduduknya 80% lebih berbangsa Melayu-Islam dan selebihnya berbangsa China, Siam dan India.       

Permasalah harian politik kependudukan di wilayahwilayah Patani Darussalam itu, telah ada informasi-informasi dari kalangan masmedia (youtube, facbook dan lainnya). 

Jadi, sebagai permasalahan yang sangat dahsyat adalah masalah politik konflik berdarah. Yakni, sedang berlaku upaya tindakan-tindakan adudomba (divide and rule) oleh penjajah Thailand, dan upaya tindakan-tindakan pertahanan diri oleh penduduk bangsa Melayu (perjuangan bergerilya).       

Menurut catatan sejarah, oleh penulis-penulis sejarah di asean, seperti; Nik Anwar Nik  Mahmud “Sistem Thesaphiban dan kesannya ke atas kedaulatan dan kewibawaan raja-raja Melayu Patani”, Ahmad Umar Chapakia “Politik dan perjuangan masyarakat Islam di selatan Thailand, 1902-2002”, Ibrahim Syukri “Sejarah kerajaan Melayu Patani” dan lain lagi, bahwa Kenyataan sejarah negara bangsa Melayu Patani Darussalam;       

Pertama, Ahmad Fathy, dalam “Pengantar Sejarah Patani”,menggambarkan bahwa sejarah Patani adalah Langka Suka. 

Selanjutnya ia menyatakan; “Negeri Patani mempunyai sejarah yang lama, jauh lebih lama daripada sejarah mana-mana negeri di semenanjung Melayu seperti Melaka, Johor, Selangor dan lain-lain” (Pustaka Aman Pres Sdn. Berhad, Kota Baharu,2001, halaman 2).       

Kedua,  zaman Sriwijaya (775 M), di mana negara Patani di masa ini telah meningkat kemajuan disegi “bahasa Melayu Sanskrit dan Patani masa ini menjadi lebih terkenal. Menurut Seni Madakakol, Patani dimasa Sri Wijaya, peleksanaan pemerintahan tanpa kuasa tentara dan birokrasi, tetapi dengan menggunakan kuasa laut dan perniagaan melalui penguasaan pelabuhan-pelabuhan disepanjang pantai (ibid; 7-8).       

Ketiga, masa Kesultanan/kerajaan Melayu Islam Patani, yakni melalui proses peng-Islaman raja Melayu Patani, Phya Tu Nakpa – alias; Sultan Ismail Syah Zhilullah fil alam (1457M). Dengan Islamnya Patani, kedudukan politik di semenanjung tanah Melayu mengalami perubahan besar karena Patani menjadi sebahagian dunia Melayu yang berasaskan Islam. Islam berkembang  dan dibangunkan di Patani atas dasar runtuhnya asas budaya Hindu dan Budha yang bertapak telah sekian lama (Ahmad Umar Chapakia, “Politik Dan Perjuangan Masyarakat Islam diselatan Thailand 1902-2002”, Bangi Malaysia 2002, 26-27).       

“Sesuai kedudukan geograpi wilayah-wilayah negara Patani Darussalam terselindung dari  benjana angin ribut, maka wilayah-wilayahnya sangat sesuai untuk bercocok tanam dan menjadi lahan pekebunan, seperti karet/pohon getah, durian, dokong, rambutan, padi dan  sebagai nya.       

“Bukan sekedar tanah di wilayah Patani subur bercocok tanam, malah, dalam banyak kawasan alam wilayah Patani memiliki kekayaan mineral; bijih besi, tembaga, emas, permata, pitrol/ gas alam dan sebagainya.       

Bertitik-tolak kemakmuran alam wilayah negara Patani dan keamanan pelabuhan sepanjang pantai, menurut cacatan sejarah negara Patani adalah menjadi tumpuan hubungan perdagang an antar-negara, persinggahan para peda’I Arab dan kunjun gan-kunjungan.       

Negara Patani Darussalam  waktu itu menjadi salah sebuah negara Melayu Islam di semenanjung tanah Melayu yang cukup setabil dan berdaulat di bawah kerajaan-kerajaan Melayu  Islam. 

Semenjak tahun 1475 berawal kesultanan Melayu Islam (Sultan Ismail Syah) hingga 1785,   bermakna kedaulatan negara Melayu Islam Patani mencapai 310 tahun.       

“Dari segala kemajuan, kemakmuran, kekayaan alam dan negara yang berstrategik perdagangan, maka negara Melayu Islam Patani di ceroboh oleh negara bangsa Siam Thailand  pada tahun 1785 dan hingga sekarang kerajaan Siam Thailand telah melakukan aneksasi/memeras kekayaan alam, siamisasi kebudayaan, penghinaan dan sebagainya.       

“Sekalipun dengan seribu satu macam tekanan penjajah Thailand ke atas bangsa Melayu- Islam Patani, sampai sekarang (2018) Thailand belum berhasil menundukan/kepatuhan bagi bangsa Melayu Islam Patani seratus-peratus. 

Kecuali bagi keturunan Melayu yang tinggal di daerah sebahgia wilayah Senggora – keutara (Bangkok), mereka telah berhasil di siamisasikan menjadi “Thai-Muslim”.       

Jadi, berdasarkan latar belakang moral/akhlak Islamiah yang ketal dan ketangguhan ruh/kejiwaan (keimanan dan keislaman) yang tinggi, penjajah SiamThailand belum mampu mematikan gerakan pembebasan bangsa Melayu Islam Patani secara tuntas, sekalipun bermacam taktik anti gerilya dan penggalangan masyarakat telah berulang-ulang dilakukannya.       

Sebagai gerakan perjuangan kebebasan hak pertuanan bangsa Melayu Islam Patani, sangat menyadari dan mengenal pasti hakikat lawan yang dihadapi, baik yang bersifat kekuatan dalaman maupun yang bersifat kelicikan hubungannya dengan negara Melayu khususnya dan dengan negara Arab. 

Sekalipun demikian, bangsa Melayu Islam Patani berkeyakinan bahwa dengan perjuangan revolusi, cara “Perang dan Damai” akan selalu berupaya untuk membangun kekuatan mandiri dan kekuatan hubungan-hubungan tertentu sebagai tanggungjawab atas prinsip-prisip hak kemanusiaan yang tertindas.

No comments:

Post a Comment