Empat wilayah Patani Darussalam (Narathiwat, Jala,
Patani, dan sebahagian Senggora) adalah sebuah Negara Melayu (Patani
Daruissalam) yang terletak di antara utara negara Malaysia dan selatan negara
Thailand. Penduduknya 80% lebih berbangsa Melayu-Islam dan selebihnya berbangsa
China, Siam dan India.
Permasalah
harian politik kependudukan di wilayahwilayah Patani Darussalam itu, telah ada
informasi-informasi dari kalangan masmedia (youtube, facbook dan lainnya).
Jadi, sebagai permasalahan yang sangat dahsyat adalah masalah politik konflik berdarah. Yakni, sedang berlaku upaya tindakan-tindakan adudomba (divide and rule) oleh penjajah Thailand, dan upaya tindakan-tindakan pertahanan diri oleh penduduk bangsa Melayu (perjuangan bergerilya).
Menurut catatan sejarah, oleh
penulis-penulis sejarah di asean, seperti; Nik Anwar Nik Mahmud “Sistem Thesaphiban dan kesannya ke
atas kedaulatan dan kewibawaan raja-raja Melayu Patani”, Ahmad Umar Chapakia
“Politik dan perjuangan masyarakat Islam di selatan Thailand, 1902-2002”,
Ibrahim Syukri “Sejarah kerajaan Melayu Patani” dan lain lagi, bahwa Kenyataan
sejarah negara bangsa Melayu Patani Darussalam;
Pertama, Ahmad Fathy, dalam “Pengantar
Sejarah Patani”,menggambarkan bahwa sejarah Patani adalah Langka Suka.
Selanjutnya ia menyatakan; “Negeri Patani mempunyai sejarah yang lama, jauh lebih lama daripada sejarah
mana-mana negeri di semenanjung Melayu seperti Melaka, Johor, Selangor dan
lain-lain” (Pustaka Aman Pres Sdn. Berhad, Kota Baharu,2001, halaman 2).
Kedua,
zaman Sriwijaya (775 M), di mana negara Patani di masa ini telah
meningkat kemajuan disegi “bahasa Melayu Sanskrit dan Patani masa ini menjadi
lebih terkenal. Menurut Seni Madakakol, Patani dimasa Sri Wijaya, peleksanaan
pemerintahan tanpa kuasa tentara dan birokrasi, tetapi dengan menggunakan kuasa
laut dan perniagaan melalui penguasaan pelabuhan-pelabuhan disepanjang pantai
(ibid; 7-8).
Ketiga, masa
Kesultanan/kerajaan Melayu Islam Patani, yakni melalui proses peng-Islaman raja
Melayu Patani, Phya Tu Nakpa – alias; Sultan Ismail Syah Zhilullah fil alam
(1457M). Dengan Islamnya Patani, kedudukan politik di semenanjung tanah Melayu
mengalami perubahan besar karena Patani menjadi sebahagian dunia Melayu yang
berasaskan Islam. Islam berkembang dan
dibangunkan di Patani atas dasar runtuhnya asas budaya Hindu dan Budha yang
bertapak telah sekian lama (Ahmad Umar Chapakia, “Politik Dan Perjuangan
Masyarakat Islam diselatan Thailand 1902-2002”, Bangi Malaysia 2002, 26-27).
“Sesuai kedudukan geograpi
wilayah-wilayah negara Patani Darussalam terselindung dari benjana angin ribut, maka wilayah-wilayahnya
sangat sesuai untuk bercocok tanam dan menjadi lahan pekebunan, seperti
karet/pohon getah, durian, dokong, rambutan, padi dan sebagai nya.
“Bukan sekedar tanah di wilayah Patani
subur bercocok tanam, malah, dalam banyak kawasan alam wilayah Patani memiliki
kekayaan mineral; bijih besi, tembaga, emas, permata, pitrol/ gas alam dan
sebagainya.
Bertitik-tolak
kemakmuran alam wilayah negara Patani dan keamanan pelabuhan sepanjang pantai,
menurut cacatan sejarah negara Patani adalah menjadi tumpuan hubungan perdagang
an antar-negara, persinggahan para peda’I Arab dan kunjun gan-kunjungan.
Negara Patani Darussalam waktu itu menjadi salah sebuah negara Melayu
Islam di semenanjung tanah Melayu yang cukup setabil dan berdaulat di bawah
kerajaan-kerajaan Melayu Islam.
Semenjak
tahun 1475 berawal kesultanan Melayu Islam (Sultan Ismail Syah) hingga
1785, bermakna kedaulatan negara Melayu
Islam Patani mencapai 310 tahun.
“Dari segala kemajuan, kemakmuran, kekayaan alam dan negara yang
berstrategik perdagangan, maka negara Melayu Islam Patani di ceroboh oleh
negara bangsa Siam Thailand pada tahun
1785 dan hingga sekarang kerajaan Siam Thailand telah melakukan
aneksasi/memeras kekayaan alam, siamisasi kebudayaan, penghinaan dan sebagainya.
“Sekalipun dengan seribu satu macam
tekanan penjajah Thailand ke atas bangsa Melayu- Islam Patani, sampai sekarang
(2018) Thailand belum berhasil menundukan/kepatuhan bagi bangsa Melayu Islam
Patani seratus-peratus.
Kecuali bagi keturunan Melayu yang tinggal di daerah
sebahgia wilayah Senggora – keutara (Bangkok), mereka telah berhasil di
siamisasikan menjadi “Thai-Muslim”.
Jadi, berdasarkan latar belakang moral/akhlak Islamiah yang ketal dan
ketangguhan ruh/kejiwaan (keimanan dan keislaman) yang tinggi, penjajah
SiamThailand belum mampu mematikan gerakan pembebasan bangsa Melayu Islam
Patani secara tuntas, sekalipun bermacam taktik anti gerilya dan penggalangan masyarakat telah berulang-ulang
dilakukannya.
Sebagai gerakan
perjuangan kebebasan hak pertuanan bangsa Melayu Islam Patani, sangat menyadari
dan mengenal pasti hakikat lawan yang dihadapi, baik yang bersifat kekuatan
dalaman maupun yang bersifat kelicikan hubungannya dengan negara Melayu
khususnya dan dengan negara Arab.
Sekalipun demikian, bangsa Melayu Islam
Patani berkeyakinan bahwa dengan perjuangan revolusi, cara “Perang dan Damai”
akan selalu berupaya untuk membangun kekuatan mandiri dan kekuatan
hubungan-hubungan tertentu sebagai tanggungjawab atas prinsip-prisip hak
kemanusiaan yang tertindas.
No comments:
Post a Comment