Monday, 11 March 2019

PERUBAHAN POLITIK THAI APAKAH LAHIR FENOMINA BARU DALAM RUNDINGAN


Melahat kepada sekenario politik Thai sangat tidak menentu, setiap tindakan selalu memicu kepada ketegangan dan ketidak adilan. 

Hal ini selalu menjadi isu bagi masyarakat. Selama berada dalam penguasaan junta. Ketegangan yang timbul bukan setakat di empat wilayah bagian Selatan (Patani), Malah melibatkan di semua wilayah dalam Negara Thai, yang lahir rasa tidak memuaskan terhadap tindakan pemerintah. 

Apatah lagi menghadapi situasi konflik di Patani. Bagi bangsa Patani tipis harapan bahawa konflik dapat diselesai dalam periode junta. Rundingan damai yang menerajui oleh penguasaan junta, untuk memberhentikan tindakan kekerasan di Selatan (Patani), ia bukan mencari langkah-langkah solusi perdamaian. 

Sehingga proses tersebut diboikot oleh pihak delegasi yang mewakili Bangsa Patani, tidak ingin melibatkan diri di meja rundingan. Sebab-sebab yang memboikot, melihat kepada sekenario politik yang dimainkan oleh pemerintah Thai terhadap rundingan kali ini, merupakan tawaran politik murahan, dan sudah menjadi isu usang yang akan ditawarkan. 

Setengah  dari padanya, sudah diguna pakai di empat wilayah Selatan Thai (Patani), dengan melalui usaha-usaha para pejuang Melayu yang terdahulu. Baik  secara langsung dan tidak langsung.   

Polisi SB FLEX,  merupakan suatu istilah politik perdamaian yang akan dijadikan suatu
anjuran atau pembentangan  oleh Pemerintah Thai kepada Bangsa Patani. Dalam usaha damai yang akan diadakan oleh pemerintah Thai. 

Secara garis kasar polisi ini untuk melahirkan kebersamaan dan bergabung dalam membangun sebuah negara bangsa Thai. 

Anatara lain program yang akan dibahaskan dan menjadi agenda perundingan,  adalah bagaimana cara bekerjasama dalam  masyarakat majmuk, (Phahu wattanatham); Membangun sumberdaya manusia atau dikenal dengan modal insan, dengan melalui kepeningkatan kapasiti pendidikan dan kebudayaan yang selaras dengan kehendak pemerintah; Mensetabilkan politik, ekonomi dan keamanan di bagian Selatan, dibawah kawalan bersama para pihak yang terlibatkan dalam rundingan damai.  

Thai seharusnya lebih bersifat refleksi dalam mengangkat isu untuk berunding, Thai sendiri cukup memahami tentang usaha rundingan damai kali ini adalah melincun dengan hakekat yang sebenarnya. Namun baginya tetap untuk meneruskan proses, dengan ukuran
dari beberapa unsur. 

Antaranya unsur penekanan atau paksaan terhadap para Dilegasi yang mewakili Bangsa Patani, untuk menghadapi meja rundingan. Manakala di dalam Negara, Thai usaha mendekati dengan NGOs dan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain sebagainya, dalam rangka membuat suatu penekanan agar dipersetujui dangan SB FLEX yang diajukan. 

Menghadapi era baru dalam tapuk kepemerntahan Thai  yang datang melalui Demokrasi, perlu lebih banyak menerokai terhadap kepentingan-kepentingan Bangsa lain, dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses, dan mengangkat agenda proses agar sewajar dengan keinganan dan kebutuhan manusia berbangsa dan bertanah air.  

Jangan selalu membatasi dengan Perlembagaan Negara Thai sebagai alasan. Kerana Manusia Bangsa yang datang lebih awal bertapak, berbanding dengan  Perlembagaan Negara Thai yang bermasaalah dengan orang-orang Melayu di Patani.  

Sejumlah Partai politik Thai yang selalu berkempen sebagai manifesto menghadapi pilihan raya, berkaitan  penyelesai konflik Patani. Kebanyakan mereka membawa  isu dalaman, dan lebih terfukus kepada penyelesai sepihak berbanding dengan tuntutan politik dan cara mencari solusi dengan pihak  lawan.  Mengakibatkan proses rundingan damai selalu menemui jalan buntu dan tidak ada kemajuan. 

Dalam penerokaan tersebut biar betul-betul untuk mencari penyelesaian. Konflik di Patani bukan permasaalahan ekonomi, pendidikan dan keadilan, ia merupakan konflik akar umbi, yang tidak bisa diputar-belit fakta, oleh mana-mana pihak terutama Kerajaan Thai itu sendiri, perlu peka dan terbuka secara lebih leluasa dalam hal ini, kalau betulbetul ingin mencari penyelesaian yang hakiki.


No comments:

Post a Comment